Sabtu, 14 Mei 2011

KONSELING KB


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN
BERAUW  STUDI KASUS KONSELING KB PADA PASANGAN PUS DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI YANG SESUAI TAHUN 2008

ZANI RIHZALDHI

RINGKASAN


Implementasi kebijakan Program Keluarga Berencana di IndOnesia telah membuahkan hasil yang gemilang, yang hasil ini tidak saja diakui oleh bangsa kita sendiri namun diakui oleh dunia internasional.  Laju pertumbuhan penduduk  (LPP) telah dapat ditekan dari 2,8 % pada awal program (tahun 1970 – 1980) menjadi 1,98 % pada pereode tahun 1990 – 2000 (sensus penduduk tahun 2000). Kendati pertumbuhan penduduk sudah menunjukkan penurunan yang signifikan, karena jumlah penduduk indonesia sangat besar jumlahnya (219 juta jiiwa), diperkirakan penduduk Indonesia  secara absolut akan tetap bertambah kurang lebih 3 juta jiwa. Kondisi demikian ini menunjukkan betapa program
Keluarga Berencana tetap dibutuhkan dalam menjaga  tingkat pertumbuhan yang seimbang dengan daya dukung lingkungan.

Hal yang menarik dari program keluarga berencana di Indonesia sejalan dengan tuntutan kesetaraan dan keadilan gender adalah bahwa selama ini tingkat kesertaan KB yang ada didominasi perempuan, sedang pada laki-laki kesertaannya kurang dari enam persen pada semua jenjang pemerintahan, baik pusat (seluruh Indonesia), Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Batang, maupun Tingkat Kecamatan,  sehingga hal ini menarik untuk diteliti bagaimana implementasi kebijakan peningkatan kesertaan KB pria di Kabupaten Berauw, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Penelitian ini dimaksudkan disamping untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, utamanya kebijakan publik, juga dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan, khususnya program KB.

Dengan metode penelitian kualitatif ditemukan bahwa implementasi kebijakan peningkatan kesertaan PUS menjadi akseptor KB, utamanya dalam penyelesaian struktur kelembagaan di kecamatan, sumberdaya yang masih rendah kualitasnya yang berdampak pada menurunya kualitas kemampuan berkomunikasi bagi penyuluh KB dalam melakukan konseling KB. Fenomena yang demikain ini berimplikasi pada penurunan tingkat kesertan peserta KB baru saat ini. Kondisi yang demikain ini diperlukan kebijakan penyelesaian dan kepastian kelembagaan pengelola KB di Tingkat Kecamatan, serta perlunya meningkatkan kualitas sumber daya melaui pendidikan dan latihan, baik dalam jabatan maupun pendidikan di luar jabatan bagi petugas KB di Tingkat Kecamatan.

Program keluarga berencana di kabupaten Berauw  studi kasus konseling kb pada pasangan pus dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai

ABSTRAKSI

Fokus dan lokasi  penelitian ini pada Implemetasi kebijakan Program keluarga berencana di kabupaten Berauw  studi kasus konseling kb pada pasangan pus dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai, yang betujuan untuk meneliti implementasi kebijakannya sekaligus mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan pada tenaga kesehatan di kabupaten berauw dalam memberikan konseling KB pada PUS. Dengan pendekatan fenomenologis, menggunakan metode kualitatif, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan belum sesuai harapan. Indikasi yang menunjukkan adalah masih rendahnya tingkat pencapaian kesertaan KB baru, yang hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya, kemampuan melakukan komunikasi (konseling) KB bagi petugas yang masih rendah, kualitas sumber daya yang rendah dengan tingkat pengetahuan petugas yang mayoritas cukup terhadap teknik pelaksanan konseling KB, yang berimbas pada rendahnya disposisi implementator, serta struktur organisasi di kecamatan yang belum selesai dipastikan bentuknya.  Kenyataan lain menunjukkan bahwa disamping empat dimensi tersebut, dimensi konteks kebijakan juga mempengaruhi implementasi, yang diantaranya adalah; pengaruh tokoh agama, kultur masyarakat dimana perempuan bersifat mengalah dan menerima, serta kurangnya media penyuluhan bagi masyarakt.

*.Kata Kunci : Komunikasi,implementasi, sumber daya.


Senin, 02 Mei 2011


A.    Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Dihitung dari hari pertama haid terakhir. Setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu (komplikasi). Agar lebih efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir asuhan kehamilan harus difokuskan pada intervensi yang telah terbukti bermanfaat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Bidan menjadi ujung tombak sebagai penolong persalinan dan memberikan asuhan kehamilan yang bermutu.
2. Tanda Dan Gejala Kehamilan
a. Tanda-Tanda Presumtif,Yaitu :
1)         Amenorhea ( Tidak dapat haid ) Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksirkan umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele, yaituTTP = ( HPHT + 7 ) dan ( Bulan HT + 3 ).
2)         Mual dan muntah ( Nausea and Vomiting ) Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama, karena sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness ( sakit pagi ). Bila mual dan muntah terlalu sering maka disebut hiperemesis.
3)         Mengidam ( Ingin makan khusus )Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.


4)         Tidak tahan suatu bau-bauan.
5)         Pingsan, Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
6)         Tidak ada selera makan ( anoreksia ) Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.
7)         Lelah ( fatique ).
8)         Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery yang terlihat lebih membesar.
9)         Miksi (Fisiologi Berkemih)sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
10)     Konstipasi atau Obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
11)     Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (chlousma gravidarum ), areola payudara, leher, dan dinding perut ( linea nigra = grisca ).
12)     Epulis = hipertrofi dari papil gusi.
13)     Pemekaran vena-vena ( parices ) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
3. Tanda-Tanda Positif Hamil
  1. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba juga bagian-bagian janin.
  2. Denyut jantung janin :
1). Didengar dengan stetoskop Monora Laennec.
2). Dicatat dan didengar dengan alat dopler.
3). Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.
4). Dilihat pada ultrasonografi.
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

B. Faktor - Faktor Yang Mempegaruhi Kehamilan.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan diantaranya  faktor fisik, faktor psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi.
1. Faktor fisik
Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.  Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah :
  1. Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun dapat dipastikan keadaannya.
  2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya
  3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan janinnya
  4. Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak
  5. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapar berjalan dengan lancar
  6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi.
Bahwa salah satu faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun , Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan.
Harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.
2.Faktor Psikologis
Turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :
a. Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
b. Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.
3. Faktor Lingkungan Sosial, Budaya Dan Ekonomi.
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
Patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.

Minggu, 13 Maret 2011

PARTISIPASI SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN ANC PADA IBU HAMIL


FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM PEMERIKSAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA KECAMATAN GALELA SELATAN 
TAHUN 2010”.

ARIES MUNANDAR-- E2A3026197
(2010 - Skripsi)

ABSTRAK

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi  (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid  (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan. Pelayanan antenatal disebut  lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Pelayanan antenatal disebut  lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Pencapaian Kunjungan ibu hamil ( K1 ) di Indonesia mencapai 94,51%, sedangkan untuk Provinsi Maluku sebesar 81,7% pada tahun 2009, sedangkan untuk Pencapaian Kunjungan ibu hamil ( K4 ) di Indonesia mencapai 85,45%, sedangkan untuk Provinsi Maluku sebesar 72,11%. Cakupan kunjungan ibu hamil baru ( K1 ) di Kabupaten Halmahera Utara belum mencapai target yang diinginkan yaitu sebesar 86,1% dan cakupan K4 sebesar 72,1% ( Dinkes Kabupaten Halmahera Utara, 2008 ). Sedangkan di Puskesmas Galela  cakupan kunjungan ibu hamil baru ( K1 ) sebesar 65% dan cakupan K4 sebesar 58% ( Puskesmas Galela, 2009 ).
Untuk mengetahui  Faktor –Faktor Yang Berhubungan dengan Partisipasi Suami dalam Pemeriksan AnteNatal Care (ANC) pada Ibu Hamil Di Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Galela Selatan  Tahun 20010, terhadap hubungan pekerjaan, pendidikan,  umur, pengetahuan suami, sikap suami, dan peran petugas kesehatan, dengan Partisipasi suami terhadap ibu hamil dalam pemeriksaan Antenatal care.      

Penelitian ini bersifat Deskriftif  Analitik dengan desain “Cross-Sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah Suami dari ibu hamil trisemester III yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Galela Selatan yang berjumlah 215 orang di 23 desa dengan cara pengambilan sampel proportional stratified sampling dan melalui cara cara acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan mengundi (Lottert technique) sehingga didapati jumlah sample sebanyak 69 responden yang menjadi sampel.
Dari hasil analisis dengan Chi-square tes uji  hipotesis  dengan menggunakan  taraf signifikansi  95%, hasil dapat disimpulan  bahwa  terdapat, adanya hubungan yang bermakna antara umur  dengan partisipasi suami dalam pemeriksaan ANC / K4 ( P value 0.002 < ), adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan  dengan partisipasi suami dalam pemeriksaan ANC / K4 ( P value 0.031 < ), adanya hubungan yang bermakna antara sikap  dengan partisipasi suami dalam pemeriksaan ANC / K4 ( P value 0.017 < ), adanya hubungan yang bermakna antara peran petugas  dengan partisipasi suami dalam pemeriksaan ANC / K4 ( P value 0.001 < ), serta tidak adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan  dengan partisipasi suami dalam pemeriksaan ANC / K4 ( P value 0.641 > ), dan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan  dengan partisipasi suami dalam pemeriksaan ANC / K4 ( P value 0.735 >)
Dari hasil penelitian menyarankan upaya peningkatan penyuluhan yang lebih intensif untuk dapat meningkatkan pengetahuan Suami terhadap peranserta  ibu hamil melakukan ANC (Antenatal care), serta peningkatan pelayanan anc yang lebih optimal dengan mengaktifkan kineja bidan, serta kerjasama stake holder dan keyperson di desa dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)/ terutama ANC.

Diharapkan penyuluhan dari petugas kesehatan terutama bidan di desa untuk meningkatkan pelayanan KIA terutama ANC

Daftar Kepustakaan :  37 Buah ( 1999 -2010)

Jumat, 11 Maret 2011

KONSELING KB

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN
BERAUW  STUDI KASUS KONSELING KB PADA PASANGAN PUS DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI YANG SESUAI TAHUN 2008

ZANI RIHZALDHI

RINGKASAN


Implementasi kebijakan Program Keluarga Berencana di IndOnesia telah membuahkan hasil yang gemilang, yang hasil ini tidak saja diakui oleh bangsa kita sendiri namun diakui oleh dunia internasional.  Laju pertumbuhan penduduk  (LPP) telah dapat ditekan dari 2,8 % pada awal program (tahun 1970 – 1980) menjadi 1,98 % pada pereode tahun 1990 – 2000 (sensus penduduk tahun 2000). Kendati pertumbuhan penduduk sudah menunjukkan penurunan yang signifikan, karena jumlah penduduk indonesia sangat besar jumlahnya (219 juta jiiwa), diperkirakan penduduk Indonesia  secara absolut akan tetap bertambah kurang lebih 3 juta jiwa. Kondisi demikian ini menunjukkan betapa program
Keluarga Berencana tetap dibutuhkan dalam menjaga  tingkat pertumbuhan yang seimbang dengan daya dukung lingkungan.

Hal yang menarik dari program keluarga berencana di Indonesia sejalan dengan tuntutan kesetaraan dan keadilan gender adalah bahwa selama ini tingkat kesertaan KB yang ada didominasi perempuan, sedang pada laki-laki kesertaannya kurang dari enam persen pada semua jenjang pemerintahan, baik pusat (seluruh Indonesia), Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Batang, maupun Tingkat Kecamatan,  sehingga hal ini menarik untuk diteliti bagaimana implementasi kebijakan peningkatan kesertaan KB pria di Kabupaten Berauw, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Penelitian ini dimaksudkan disamping untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, utamanya kebijakan publik, juga dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan, khususnya program KB.

Dengan metode penelitian kualitatif ditemukan bahwa implementasi kebijakan peningkatan kesertaan PUS menjadi akseptor KB, utamanya dalam penyelesaian struktur kelembagaan di kecamatan, sumberdaya yang masih rendah kualitasnya yang berdampak pada menurunya kualitas kemampuan berkomunikasi bagi penyuluh KB dalam melakukan konseling KB. Fenomena yang demikain ini berimplikasi pada penurunan tingkat kesertan peserta KB baru saat ini. Kondisi yang demikain ini diperlukan kebijakan penyelesaian dan kepastian kelembagaan pengelola KB di Tingkat Kecamatan, serta perlunya meningkatkan kualitas sumber daya melaui pendidikan dan latihan, baik dalam jabatan maupun pendidikan di luar jabatan bagi petugas KB di Tingkat Kecamatan.

Program keluarga berencana di kabupaten Berauw  studi kasus konseling kb pada pasangan pus dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai

ABSTRAKSI

Fokus dan lokasi  penelitian ini pada Implemetasi kebijakan Program keluarga berencana di kabupaten Berauw  studi kasus konseling kb pada pasangan pus dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai, yang betujuan untuk meneliti implementasi kebijakannya sekaligus mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan pada tenaga kesehatan di kabupaten berauw dalam memberikan konseling KB pada PUS. Dengan pendekatan fenomenologis, menggunakan metode kualitatif, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan belum sesuai harapan. Indikasi yang menunjukkan adalah masih rendahnya tingkat pencapaian kesertaan KB baru, yang hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya, kemampuan melakukan komunikasi (konseling) KB bagi petugas yang masih rendah, kualitas sumber daya yang rendah dengan tingkat pengetahuan petugas yang mayoritas cukup terhadap teknik pelaksanan konseling KB, yang berimbas pada rendahnya disposisi implementator, serta struktur organisasi di kecamatan yang belum selesai dipastikan bentuknya.  Kenyataan lain menunjukkan bahwa disamping empat dimensi tersebut, dimensi konteks kebijakan juga mempengaruhi implementasi, yang diantaranya adalah; pengaruh tokoh agama, kultur masyarakat dimana perempuan bersifat mengalah dan menerima, serta kurangnya media penyuluhan bagi masyarakt.

*.Kata Kunci : Komunikasi,implementasi, sumber daya.


Rabu, 02 Februari 2011

GAMBARAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI DESA LHOK DALAM KECAMATAN PEUREULAK KOTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Strategi Pembangunan Kesehatan menuju indonesia sehat 2010 mengisyaratkan bahwa pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya menyehatkan bangsa. Indikator keberhasilannya antara lain ditentukan oleh angka mortalitas dan morbiditas, angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Berdasarkan data yang tersedia, dapat diidentifikasi bahwa kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir erat kaitannya dengan kesehatan ibu hamil yang juga akumulasi masalah perilaku, mutu pelayanan kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan juga masalah sosial budaya. Rawannya derajat kesehatan ibu memberi dampak yang bukan terbatas pada kesehatan ibu saja. Hal ini juga berpengaruh secara langsung terhadap janin / bayi pada minggu pertama kehidupannya Perinatal (Admin, 2009).
Selama kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah diturunkan secara tajam, namun AKB menurut SDKI 2002-2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka tersebut masih tinggi dan saat ini mengalami penurunan secara lambat. Dalam Rencana Pembangunan jangka panjang Menengah Nasional (RPJMN) salah satu sasarannya adalah menurunkan AKB dari 35 1000 KH menjadi 26 per 1000 KH pada tahun 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKB di indonesia. Upaya peningkatan derajat kesehatan keluarga dilakukan melalui program pembinaan kesehatan keluarga yang meliputi upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Bayi, Anak Pra Sekolah dan Anak Usia Sekolah, Kesehatan Reproduksi Remaja, dan Kesehatan Usia Subur. Era Desentralisasi menurut pengelola program di Kabupaten / Kota untuk lebih proaktif didalam mengembangkan program yang mempunyai daya ungkit dalam akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sesuai situasi dan kemampuan daerah masing-masing mengingat AKI dan AKB merupakan salah satu indikator penting keberhasilan program kesehatan Indonesia yaitu ASI Eksklusif (Admin, 2009).
Permasalah pemberian ASI terkait dengan masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang, serta kebiasaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari kekurang berhasilan pemberian ASI eksklusif disebabkan kurangnya rasa percaya diri pada sebagian ibu untuk dapat menyusui bayinya yangg mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan susu formula.  Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan pola pemberian ASI (Admin, 2009).
Penelitian Handayani, (2006) hasil penelitian menunjukkan paraktik pemberian ASI pada ibu pekerja buruh sebanyak 89,3%, yang melakukan cara pemberian ASI dengan benar, tetapi 42,7% memberikan makanan dini pada ballita dan banyak yang menyapih balita <24 bulan 49,3%. Ibu pekerja buruh mempunyai balita dimungkinkan kesulitan dalam mengatur pemberian ASI.
Sejumlah ibu yang baru memiliki bayi mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus kembali bekerja. Produksi ASI pun menurun lantaran kelelahan setelah seharian bekerja. Selain itu, banyak di antara mereka yang mengalami gangguan dalam menyusui, seperti bayi tidak mau disusui, saluran ASI tersumbat, bekerja bukan alasan bagi kita untuk berhenti menyusui (Evy, 2007).
Kampanye nasional pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusui si kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah. Selain penerapan manajemen, laktasi itu juga harus disertai dukungan semua pihak agar upaya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan bisa berhasil. Sikap keluarga sangat menentukan keberhasilan menyusui, terutama suami, dengan membantu tugas rumah tangga agar ibu yang menyusui tidak kelelahan, dan bantuan tenaga yang menjamin keamanan si kecil ketika ditinggal bekerja. Lingkungan kerja yang mendukung proses laktasi di tempat kerja juga mempermudah ibu bekerja memberi ASI eksklusif selama enam bulan. dengan menyediakan ruang untuk menyusui atau memerah ASI dan tempat penitipan bayi, memberi kesempatan ibu menyusui atau memerah ASI setiap tiga jam (Evy, 2007).
Penelitian Arifin, (2007), Menyatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menyususi serta fungsis ASI terhadap disebabkan kurang berperanya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan juga disebebkan faktor presepsi dan sikap ibu terhadap ASI yang sangat minim, dimasyrakat banyak di jumpai ibu dengan kebiasaan yang bertentangan dengan kesehtan dalam pemberian ASI sepeerti membuanga kolesterum, agapan bahwa Asi dalam payudara bisa basi.
AKB (Angka Kematian Bayi) Indonesia masih tinggi, 35/1000 kelahiran hidup dan kematian awal neonatus 224/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian karena penyakit infeksi saluran nafas 27,6% dan diare 9,4%. Morbiditas (4%) dan mortalitas (8-9%) bisa dicegah dengan pemberian ASI. Inisiasi ASI awal mempunyai peluang 2-8 kali lebih besar untuk memberi ASI eksklusif (77%) dibandingkan inisiasi yang terlambat (23%). Prevalensi ASI di Indonesia sudah 96% tetapi ASI eksklusif masih dibawah 60% dan inisiasi ASI hanya 38,7% (SDKI 2003). Di negara berkembang 1000 milyar lahir setiap tahun dan 5 milyar dari bayi terkena diare, 1 milyar mati karena diare yang disebabkan pemberian susu formula. Profil Aceh 2009 cakupan ASI eksklusif hanya 45% dan inisiasi ASI 10% sedangkan untuk Kota Banda Aceh cakupan ASI eksklusif 39% dan inisiasi ASI 8% (Husnah, 2009).
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2009 hanya 211 bayi (0,5%) yang mandapatkan ASI Eksklusif dari 42.200 orang bayi, dan Cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Peureulak Kota pada tahun 2009 dari 1.190 bayi sebanyak 0% yang mendapat ASI Eksklusif, jumlah ibu bekerja yang memiliki bayi usia 0 -6 bulan sebanyak 33 orang sedangkan cakupan ASI Eksklusif didesa Lok Dalam dari bayi usia 0 - 6 bulan 45 bayi  sebanyak 0% yang mendapatkan ASI Eksklusif didesa Lok dalam
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut “gambaran faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Desa Lohk Dalam Kabupaten Aceh Timur Tahun 2010”.

PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

ABSTRAK
GAMBARAN  FAKTOR – FAKTOR  YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA REMAJA  PUTRI  DI MADRASAH ULUMUL QUR’AN YAYASAN DAYAH BUSTANUL ULUM
 KOTA LANGSA TAHUN 2010

 (Xii + 55 Halaman + 5 Tabel+  6 Lampiran)

            Prilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat di lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di institusi pendidikan.
            Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran  Faktor – Faktor  Yang Berhubungan Dengan   Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Remaja  Putri  Di Madrasah Ulumul Qur’an Yayasan Dayah Bustanul Ulum Kota Langsa Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan secara metode survey dan desain Crosssectional Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berada di Pesantren MUQ (Madrasa Ulumul Quran) Kota Langsa, dengan cara pengambilan sampel proportional stratified sampling dan melalui cara cara acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan mengundi (Lottert technique) sehingga didapati jumlah sama dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian Pada Remaja  Putri  di Madrasah Ulumul Qur’an didapati dari 89 responden sebanyak 62 orang sisiwa (69,7 %) yang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Institusi Pendidikan. Sedangkan hubungan perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan Istitusi terhadap penegetahuan terdapat kecendrungan hubungan dengan mayoritas 81 % ada melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan pengetahuan baik. hubungan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan institusi terhadap lingkungan terdapat kecendrungan hubungan dengan mayoritas 83,9 % ada melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan lingkungan yang berperan. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan institusi terhadap motivasi terdapat kecendrungan hubungan dengan mayoritas 89,6 % ada melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan motivasi positif.
Upaya penyuluhan yang rutin tentang perilaku hidup bersih dan sehat diperlukan terhadap remaja putri di MUQ untuk dapat meningkatkan upaya Promosi Kesehatan berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit di wilayah Kerja Puskesmas langsaTimur. Kepada Dewan guru diharapkan untuk dapat membina dan membuat program tentang perilaku hidup bersih dan sehat agar tercipta lingkungan sekolah yang sehat.

Senin, 31 Januari 2011

IDM 6.04 Build 3

Bagi kamu-kamu yang Hobby ngedownload video, gambar, mp3 dan yang lain-lain, namun sering mengalami masalah dengan lamanya waktu yg dibutuhkan untuk mendownload, sekarang tidak usah pusing pusing lagi. sekarang udah ada programnya yg dapat membantu kita dalam proses download dengan waktu yang relatif singkat. Internet Download Manager atau sering disebut IDM. instal di PC mu dan rasakanlah gimana perbedaannya dan manfaatnya.
Selamat mencoba 
Download IDM 6.04 Build 3

Sabtu, 29 Januari 2011