Rabu, 02 Februari 2011

GAMBARAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI DESA LHOK DALAM KECAMATAN PEUREULAK KOTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Strategi Pembangunan Kesehatan menuju indonesia sehat 2010 mengisyaratkan bahwa pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya menyehatkan bangsa. Indikator keberhasilannya antara lain ditentukan oleh angka mortalitas dan morbiditas, angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Berdasarkan data yang tersedia, dapat diidentifikasi bahwa kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir erat kaitannya dengan kesehatan ibu hamil yang juga akumulasi masalah perilaku, mutu pelayanan kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan juga masalah sosial budaya. Rawannya derajat kesehatan ibu memberi dampak yang bukan terbatas pada kesehatan ibu saja. Hal ini juga berpengaruh secara langsung terhadap janin / bayi pada minggu pertama kehidupannya Perinatal (Admin, 2009).
Selama kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah diturunkan secara tajam, namun AKB menurut SDKI 2002-2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka tersebut masih tinggi dan saat ini mengalami penurunan secara lambat. Dalam Rencana Pembangunan jangka panjang Menengah Nasional (RPJMN) salah satu sasarannya adalah menurunkan AKB dari 35 1000 KH menjadi 26 per 1000 KH pada tahun 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKB di indonesia. Upaya peningkatan derajat kesehatan keluarga dilakukan melalui program pembinaan kesehatan keluarga yang meliputi upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Bayi, Anak Pra Sekolah dan Anak Usia Sekolah, Kesehatan Reproduksi Remaja, dan Kesehatan Usia Subur. Era Desentralisasi menurut pengelola program di Kabupaten / Kota untuk lebih proaktif didalam mengembangkan program yang mempunyai daya ungkit dalam akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sesuai situasi dan kemampuan daerah masing-masing mengingat AKI dan AKB merupakan salah satu indikator penting keberhasilan program kesehatan Indonesia yaitu ASI Eksklusif (Admin, 2009).
Permasalah pemberian ASI terkait dengan masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang, serta kebiasaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari kekurang berhasilan pemberian ASI eksklusif disebabkan kurangnya rasa percaya diri pada sebagian ibu untuk dapat menyusui bayinya yangg mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan susu formula.  Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan pola pemberian ASI (Admin, 2009).
Penelitian Handayani, (2006) hasil penelitian menunjukkan paraktik pemberian ASI pada ibu pekerja buruh sebanyak 89,3%, yang melakukan cara pemberian ASI dengan benar, tetapi 42,7% memberikan makanan dini pada ballita dan banyak yang menyapih balita <24 bulan 49,3%. Ibu pekerja buruh mempunyai balita dimungkinkan kesulitan dalam mengatur pemberian ASI.
Sejumlah ibu yang baru memiliki bayi mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus kembali bekerja. Produksi ASI pun menurun lantaran kelelahan setelah seharian bekerja. Selain itu, banyak di antara mereka yang mengalami gangguan dalam menyusui, seperti bayi tidak mau disusui, saluran ASI tersumbat, bekerja bukan alasan bagi kita untuk berhenti menyusui (Evy, 2007).
Kampanye nasional pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusui si kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah. Selain penerapan manajemen, laktasi itu juga harus disertai dukungan semua pihak agar upaya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan bisa berhasil. Sikap keluarga sangat menentukan keberhasilan menyusui, terutama suami, dengan membantu tugas rumah tangga agar ibu yang menyusui tidak kelelahan, dan bantuan tenaga yang menjamin keamanan si kecil ketika ditinggal bekerja. Lingkungan kerja yang mendukung proses laktasi di tempat kerja juga mempermudah ibu bekerja memberi ASI eksklusif selama enam bulan. dengan menyediakan ruang untuk menyusui atau memerah ASI dan tempat penitipan bayi, memberi kesempatan ibu menyusui atau memerah ASI setiap tiga jam (Evy, 2007).
Penelitian Arifin, (2007), Menyatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menyususi serta fungsis ASI terhadap disebabkan kurang berperanya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan juga disebebkan faktor presepsi dan sikap ibu terhadap ASI yang sangat minim, dimasyrakat banyak di jumpai ibu dengan kebiasaan yang bertentangan dengan kesehtan dalam pemberian ASI sepeerti membuanga kolesterum, agapan bahwa Asi dalam payudara bisa basi.
AKB (Angka Kematian Bayi) Indonesia masih tinggi, 35/1000 kelahiran hidup dan kematian awal neonatus 224/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian karena penyakit infeksi saluran nafas 27,6% dan diare 9,4%. Morbiditas (4%) dan mortalitas (8-9%) bisa dicegah dengan pemberian ASI. Inisiasi ASI awal mempunyai peluang 2-8 kali lebih besar untuk memberi ASI eksklusif (77%) dibandingkan inisiasi yang terlambat (23%). Prevalensi ASI di Indonesia sudah 96% tetapi ASI eksklusif masih dibawah 60% dan inisiasi ASI hanya 38,7% (SDKI 2003). Di negara berkembang 1000 milyar lahir setiap tahun dan 5 milyar dari bayi terkena diare, 1 milyar mati karena diare yang disebabkan pemberian susu formula. Profil Aceh 2009 cakupan ASI eksklusif hanya 45% dan inisiasi ASI 10% sedangkan untuk Kota Banda Aceh cakupan ASI eksklusif 39% dan inisiasi ASI 8% (Husnah, 2009).
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2009 hanya 211 bayi (0,5%) yang mandapatkan ASI Eksklusif dari 42.200 orang bayi, dan Cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Peureulak Kota pada tahun 2009 dari 1.190 bayi sebanyak 0% yang mendapat ASI Eksklusif, jumlah ibu bekerja yang memiliki bayi usia 0 -6 bulan sebanyak 33 orang sedangkan cakupan ASI Eksklusif didesa Lok Dalam dari bayi usia 0 - 6 bulan 45 bayi  sebanyak 0% yang mendapatkan ASI Eksklusif didesa Lok dalam
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut “gambaran faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Desa Lohk Dalam Kabupaten Aceh Timur Tahun 2010”.

PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

ABSTRAK
GAMBARAN  FAKTOR – FAKTOR  YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA REMAJA  PUTRI  DI MADRASAH ULUMUL QUR’AN YAYASAN DAYAH BUSTANUL ULUM
 KOTA LANGSA TAHUN 2010

 (Xii + 55 Halaman + 5 Tabel+  6 Lampiran)

            Prilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat di lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di institusi pendidikan.
            Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran  Faktor – Faktor  Yang Berhubungan Dengan   Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Remaja  Putri  Di Madrasah Ulumul Qur’an Yayasan Dayah Bustanul Ulum Kota Langsa Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan secara metode survey dan desain Crosssectional Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berada di Pesantren MUQ (Madrasa Ulumul Quran) Kota Langsa, dengan cara pengambilan sampel proportional stratified sampling dan melalui cara cara acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan mengundi (Lottert technique) sehingga didapati jumlah sama dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian Pada Remaja  Putri  di Madrasah Ulumul Qur’an didapati dari 89 responden sebanyak 62 orang sisiwa (69,7 %) yang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Institusi Pendidikan. Sedangkan hubungan perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan Istitusi terhadap penegetahuan terdapat kecendrungan hubungan dengan mayoritas 81 % ada melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan pengetahuan baik. hubungan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan institusi terhadap lingkungan terdapat kecendrungan hubungan dengan mayoritas 83,9 % ada melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan lingkungan yang berperan. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat di Lingkungan institusi terhadap motivasi terdapat kecendrungan hubungan dengan mayoritas 89,6 % ada melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan motivasi positif.
Upaya penyuluhan yang rutin tentang perilaku hidup bersih dan sehat diperlukan terhadap remaja putri di MUQ untuk dapat meningkatkan upaya Promosi Kesehatan berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit di wilayah Kerja Puskesmas langsaTimur. Kepada Dewan guru diharapkan untuk dapat membina dan membuat program tentang perilaku hidup bersih dan sehat agar tercipta lingkungan sekolah yang sehat.