Sabtu, 14 Mei 2011

KONSELING KB


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN
BERAUW  STUDI KASUS KONSELING KB PADA PASANGAN PUS DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI YANG SESUAI TAHUN 2008

ZANI RIHZALDHI

RINGKASAN


Implementasi kebijakan Program Keluarga Berencana di IndOnesia telah membuahkan hasil yang gemilang, yang hasil ini tidak saja diakui oleh bangsa kita sendiri namun diakui oleh dunia internasional.  Laju pertumbuhan penduduk  (LPP) telah dapat ditekan dari 2,8 % pada awal program (tahun 1970 – 1980) menjadi 1,98 % pada pereode tahun 1990 – 2000 (sensus penduduk tahun 2000). Kendati pertumbuhan penduduk sudah menunjukkan penurunan yang signifikan, karena jumlah penduduk indonesia sangat besar jumlahnya (219 juta jiiwa), diperkirakan penduduk Indonesia  secara absolut akan tetap bertambah kurang lebih 3 juta jiwa. Kondisi demikian ini menunjukkan betapa program
Keluarga Berencana tetap dibutuhkan dalam menjaga  tingkat pertumbuhan yang seimbang dengan daya dukung lingkungan.

Hal yang menarik dari program keluarga berencana di Indonesia sejalan dengan tuntutan kesetaraan dan keadilan gender adalah bahwa selama ini tingkat kesertaan KB yang ada didominasi perempuan, sedang pada laki-laki kesertaannya kurang dari enam persen pada semua jenjang pemerintahan, baik pusat (seluruh Indonesia), Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Batang, maupun Tingkat Kecamatan,  sehingga hal ini menarik untuk diteliti bagaimana implementasi kebijakan peningkatan kesertaan KB pria di Kabupaten Berauw, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Penelitian ini dimaksudkan disamping untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, utamanya kebijakan publik, juga dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan, khususnya program KB.

Dengan metode penelitian kualitatif ditemukan bahwa implementasi kebijakan peningkatan kesertaan PUS menjadi akseptor KB, utamanya dalam penyelesaian struktur kelembagaan di kecamatan, sumberdaya yang masih rendah kualitasnya yang berdampak pada menurunya kualitas kemampuan berkomunikasi bagi penyuluh KB dalam melakukan konseling KB. Fenomena yang demikain ini berimplikasi pada penurunan tingkat kesertan peserta KB baru saat ini. Kondisi yang demikain ini diperlukan kebijakan penyelesaian dan kepastian kelembagaan pengelola KB di Tingkat Kecamatan, serta perlunya meningkatkan kualitas sumber daya melaui pendidikan dan latihan, baik dalam jabatan maupun pendidikan di luar jabatan bagi petugas KB di Tingkat Kecamatan.

Program keluarga berencana di kabupaten Berauw  studi kasus konseling kb pada pasangan pus dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai

ABSTRAKSI

Fokus dan lokasi  penelitian ini pada Implemetasi kebijakan Program keluarga berencana di kabupaten Berauw  studi kasus konseling kb pada pasangan pus dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai, yang betujuan untuk meneliti implementasi kebijakannya sekaligus mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan pada tenaga kesehatan di kabupaten berauw dalam memberikan konseling KB pada PUS. Dengan pendekatan fenomenologis, menggunakan metode kualitatif, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan belum sesuai harapan. Indikasi yang menunjukkan adalah masih rendahnya tingkat pencapaian kesertaan KB baru, yang hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya, kemampuan melakukan komunikasi (konseling) KB bagi petugas yang masih rendah, kualitas sumber daya yang rendah dengan tingkat pengetahuan petugas yang mayoritas cukup terhadap teknik pelaksanan konseling KB, yang berimbas pada rendahnya disposisi implementator, serta struktur organisasi di kecamatan yang belum selesai dipastikan bentuknya.  Kenyataan lain menunjukkan bahwa disamping empat dimensi tersebut, dimensi konteks kebijakan juga mempengaruhi implementasi, yang diantaranya adalah; pengaruh tokoh agama, kultur masyarakat dimana perempuan bersifat mengalah dan menerima, serta kurangnya media penyuluhan bagi masyarakt.

*.Kata Kunci : Komunikasi,implementasi, sumber daya.


Senin, 02 Mei 2011


A.    Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Dihitung dari hari pertama haid terakhir. Setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu (komplikasi). Agar lebih efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir asuhan kehamilan harus difokuskan pada intervensi yang telah terbukti bermanfaat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Bidan menjadi ujung tombak sebagai penolong persalinan dan memberikan asuhan kehamilan yang bermutu.
2. Tanda Dan Gejala Kehamilan
a. Tanda-Tanda Presumtif,Yaitu :
1)         Amenorhea ( Tidak dapat haid ) Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksirkan umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele, yaituTTP = ( HPHT + 7 ) dan ( Bulan HT + 3 ).
2)         Mual dan muntah ( Nausea and Vomiting ) Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama, karena sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness ( sakit pagi ). Bila mual dan muntah terlalu sering maka disebut hiperemesis.
3)         Mengidam ( Ingin makan khusus )Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.


4)         Tidak tahan suatu bau-bauan.
5)         Pingsan, Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
6)         Tidak ada selera makan ( anoreksia ) Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.
7)         Lelah ( fatique ).
8)         Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery yang terlihat lebih membesar.
9)         Miksi (Fisiologi Berkemih)sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
10)     Konstipasi atau Obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
11)     Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (chlousma gravidarum ), areola payudara, leher, dan dinding perut ( linea nigra = grisca ).
12)     Epulis = hipertrofi dari papil gusi.
13)     Pemekaran vena-vena ( parices ) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
3. Tanda-Tanda Positif Hamil
  1. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba juga bagian-bagian janin.
  2. Denyut jantung janin :
1). Didengar dengan stetoskop Monora Laennec.
2). Dicatat dan didengar dengan alat dopler.
3). Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.
4). Dilihat pada ultrasonografi.
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

B. Faktor - Faktor Yang Mempegaruhi Kehamilan.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan diantaranya  faktor fisik, faktor psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi.
1. Faktor fisik
Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.  Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah :
  1. Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun dapat dipastikan keadaannya.
  2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya
  3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan janinnya
  4. Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak
  5. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapar berjalan dengan lancar
  6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi.
Bahwa salah satu faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun , Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan.
Harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.
2.Faktor Psikologis
Turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :
a. Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
b. Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.
3. Faktor Lingkungan Sosial, Budaya Dan Ekonomi.
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
Patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.